Artnarchy Custom Garage 'Jejali' Sepeda Lowrider dengan Mesin Honda Grand

Kreativitas menghasilkan banyak inovasi baru. Tak terkecuali di skena kustom. Tengok saja garapan Artnarchy Custom Garage yang menyematkan mesin motor Honda Grand di atas rangka yang mengadopsi desain sepeda lowrider.

Melihat hasil karya bengkel kustom yang terletak di Bangunharjo, Sewon, Bantul ini memang sangat unik. Pasalnya semua tampilan rangka nampak rapi dan benar-benar dibuat layaknya sepeda lowrider yang mulai dikenal di Indonesia sekira tahun 1970-an.

Rangka tersebut kemudian 'dijejali' mesin Honda Grand. Jadilah sebuah tunggangan lowrider bermesin yang unik.

"Konsep awal yang diinginkan oleh ownernya sebenarnya hanya sepeda BMX yang dipasang mesin, ya layaknya yang saat ini banyak ditemui. Tapi menurut saya konsep seperti ini terlalu mudah, jadi saya sendiri malas untuk kerjakan. Di samping motor ini sebenarnya diorder oleh customer yang masih saudara sendiri," ujar kustom builder Artnarchy Custom Garage, Wibowo Adi Utama.

Pria lulusan Institute Seni Indonesia Yogyakarta (ISI) Yogyakarta ini bahkan sama sekali tak 'menyentuh' motor ini hingga satu tahun lamanya, bahkan sampai si empunya motor mengeluh kepadanya lantaran motor konsep sepeda BMX-nya tak kunjung digarap.

"Lantas saya sarankan, kalau tetap mau konsepnya sepeda, saya bikinkan yang bagus sekalian. Temanya lowrider, memang lebih susah dan pengerjaannya juga memakan waktu lebih lama. Tapi saya jamin lebih bagus dari sekadar konsep BMX," jelasnya.

Lebih lanjut Bowo mengatakan, Honda Grand 'Lowrider' ini digarap Artnarchy Custom Garage sekitar satu bulan.

Lowrider sudah dibawa ke pemalang 
"Bisa dikatakan, pengerjaan motor ini sama susahnya ketika kami mengerjakan chopper.  Awalnya meraba-meraba, learning by doing. Ini pertama kami garap motor dengan perpaduan konsep sepeda. Setelah jadi ternyata keren juga," ujar Bowo.

 "Beberapa partnya memang terinspirasi dari sepeda low rider, misal bagian stang. Bagian lainnya kustom atau kami kerjakan sendiri, kecuali velg, ban dan lampu," tambahnya.

Bagian roda depan dan belakang menggunakan diameter velg yang berbeda. Ban depan menggunakan ring 14, sedangkan ban belakang menggunakan ring 17. Adapun ukuran ban yang digunakan sama yakni 90/90, namun berbeda di lebar velgnya.

Tampilan depan khas sepeda lowrider memang kental di motor ini. Bagian lampu depan berbentuk bulat mungil yang biasa disematkan di sepeda lowrider.

 "Lampu depan menggunakan baterai dan kabel-kabel saya singkirkan semua, tidak saya pakai. Ini agar spirit sepedanya dapet banget," jelasnya.

Bagian menarik lainnya dari Honda Grand 'Lowrider' ini ialah bagian kick starter yang desainnya dibuat layaknya pedal di sepeda. Kick starter 'pedal' ini kemudian di krom, sehingga menimbulkan efek modern atau futuristik serta tampak lebih kinclong.

"Penambahan elemen estetis dari sepeda sih, biar spirit sepedanya nggak hilang. Tapi ini membantu juga, sebab kalau kick starter bawaannya itu kan cuma karet biasa, dan ketika digunakan itu licin," kata Bowo.

Sedangkan pada bagian jok, dipilih banana seat ala sepeda lowrider dengan cover berkelir putih. Sedangkan bagian belakang dilengkapi sissy bar atau sandaran yang memungkinkan pengendara bersandar.

 Di antara bagian tersulit yang dikerjakan ialah pengerjaan pembuatan frame atau rangka. Sebab, lengkungan pada bagian frame digarap secara manual.

 

"Pengerjaan frame digarap secara manual, bagaimana lengkungan frame dibuat bagus. Kalau ngeroll pakai alat itu semacam ada distorsi, lengkung tapi tampak patah-patah, itu jadi nggak menarik," ujar pria kelahiran Pemalang, Jawa Tengah ini.

Nah satu lagi bagian yang paling menarik, namun menantang dalam proses pengerjaan ialah suspensi depan. Sebab, Honda Grand 'Lowrider' ini menggunakan girder fork yang biasa digunakan pada sepeda lowrider.

"Selain pengerjaan frame, bagian tersulit ialah bagian girder fork. Tantangannya ialah membuat bagian girder fork ini bekerja dengan baik, dan ternyata itu tidak semudah yang dipikirkan," ungkap Bowo.

Mulai menggeluti dunia kustom sepeda motor sejak duduk di bangku kuliah sekira tahun 2005 silam, Bowo ternyata sama sekali tak memiliki basic otomotif. Diakuinya, modal utamanya hanya satu yakni 'modal seneng'.

Bahkan menariknya lagi, ia justru memiliki latar belakang pendidikan yang jauh dari otomotif, yakni seni lukis di ISI Yogyakarta dan sempat berkesenian hingga 2012 silam.

"Modal seneng motor saja, sejak kuliah memang mulai kustom motor chopper sendiri tahun 2005, ketika belum tren saat itu," kenang Bowo.

"Bahkan waktu bawa chopper ke kampus, saya sering diketawain," tambahnya.

 Sebelum membuka bengkel ia bekerja di Jogja Art Lab, disana ia bertugas untuk mengecor patung dari bahan alumunium dan perunggu.

"Nah kemudian manajer saya namanya Boy itu punya motor kustom caferacer tapi nggak jadi-jadi, lalu saya inisiatif menawarkan diri untuk membantu kustom dan saya garap di rumah. Kebetulan sebagian tool sudah punya di rumah. Ketika motornya sudah jadi, temannya ternyata juga tertarik. Ya bisa dibilang getok tular, dari mulut ke mulut," ujar Bowo.

 "Setelah garap motor ketiga, saya berpikir bahwa ternyata ini bisa untuk menyambung hidup. Di samping senang, dan bekerja pun tanpa tekanan juga.  Berangkatnya memang bukan sepenuhnya cari duit, tapi saya juga mencari kepuasan," pungkasnya. (Kik)

1 Comments

Post a Comment

Previous Post Next Post

Featured post