Akhirnya 290 Tempat Wisata di Jateng Telah Dibuka Kembali

Kadisporapar Jawa Tengah Bpk.Sinung di acara Ngopi Gayeng 
Sebanyak 290 destinasi wisata yang tersebar di Jawa Tengah, telah dibuka kembali. Pembukaan destinasi wisata ini dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

Destinasi wisata yang terdata di Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah, ada 690. Dari 690 destinasi wisata yang tersebar di kabupaten/kota se-Jateng yang buka kembali baru 290.

Untuk destinasi yang buka kembali ini kebanyakan berada di daerah yang PPKM level 2. Sedangkan destinasi berada di PPKM level 3 disarankan melakukan simulasi.

Kepala Disporapar Jateng, Sinung Nugroho Rachmadi mengatakan, dari 690 destinasi yang sudah buka kembali 290 destinasi wisata. Untuk yang belum buka ini masih menunggu kondisi. Kemudian, yang telah buka agar bisa melakukan evaluasi sehingga tidak terjadi euforia.

Sambutan Kadisporapar Jateng Bpk Sinung di Balkondes 
"Dari dari 690 destinasi wisata, sudah melakukan melaporkan kepada kami buka 290 destinasi. Yang lainnya masih menunggu kondisi yang ada," kata Sinung saat ditemui usai 'Ngopi gayeng bareng Genpi Jateng memperingati Hari Pariwisata Dunia' di Balkondes Wanurejo, Borobudur, Kabupaten Magelang, Senin (27/9/2021), malam.

Adapun 290 destinasi wisata yang buka kembali tersebut, kata dia, rata-rata berada di daerah yang PPKM level 2. Sedangkan destinasi di daerah PPKM level 3 disarankan melakukan simulasi.

"Ya (290 destinasi), rata-rata sebagian ada di level 2. Sementara untuk yang level 3, kami sarankan dan kami minta melakukan simulasi. Kalau toh buka, buka tidak terus menerus dalam satu minggu. Dalam satu minggu mereka bisa buka hanya sekali, kemudian atau buka dua kali. Sementara untuk yang level 2, boleh dibuka sebagian, tapi dalam satu minggu harus ada waktu satu hari untuk di-off-kan untuk melakukan pembersihan dan evaluasi terhadap pelaksanaan," tutur Sinung.

Menurut Sinung, dalam satu wilayah kabupaten atau kota ada yang belum buka atau sudah buka sebagian. Hal ini dimaksudkan bukan berarti sudah boleh atau belum, namun agar dapat terkendali dan terkontrol.

"Tentu dalam satu wilayah kabupaten atau kota ada yang belum buka atau yang sudah buka baru sebagian. Ini buka dimaksudkan, ini boleh, ini tidak boleh supaya ini menjadi pelajaran. Apakah yang sudah buka itu dapat terkendali, terkontrol, yang penting adalah terevaluasi supaya hal-hal itu tidak menjadi sebuah euforia yang berlebihan. Karena pariwisata sendiri juga sangat tergantung pada variabel lainnya," ujarnya.

Momentum Hari Pariwisata Dunia, kata Sinung, untuk introspeksi sekaligus menandai kebangkitan pariwisata secara perlahan, namun pasti. Adapun dalam Bahasa Jawa dikenal istilah alon-alon waton kelakon, namun alonnya terpenting kelakon (terlaksana).

"Ini momentum untuk introspeksi sekaligus menandai bahwa pariwisata bangkit perlahan, tapi pasti. Kalau Bahasa Jawanya alon-alon waton kelakon, jadi bukan alonnya yang penting adalah kelakon. Artinya kelakon itu adalah sebuah kesadaran bahwa kita tetap mematuhi protokol kesehatan dan kesadaran terhadap kondisi pandemi lingkungan yang ada. Jangan sampai kemudian dibukanya perlahan dan bertahap itu membuat kita menjadi lupa lalu kemudian lepas kendali," ujarnya.

"Harapan saya, kebangkitan ini akan menandai peringatan Hari Pariwisata Dunia bahwa pariwisata dapat menyikapi kondisi yang ada dengan kedisiplinan protokol kesehatan secara ketat. Ketat seperti apa? Pembatasan dalam jam operasional dan pembatasan dalam jumlah pengunjung itu yang bisa kita lakukan serta itu tidak bisa kita geralisir di seluruh wilayah maka tergantung kepada epidemiologi wilayah yang ada," pungkasnya 

Foto : Genpi Jateng 

Post a Comment

Previous Post Next Post

Featured post